Saya Bermain Final Fantasy IX Lagi

Ada spoiler yaa~

Final Fantasy IX (HD rerelease)

Nintendo Switch Lite ǀ Square Enix ǀ 24 Juni 2021

PSE Mangga Dua dan Multi menjadi saksi perkenalan saya dengan seri Final Fantasy di Play Station 1. Awalnya saya membeli Final Fantasy VIII di Multi Plaza Indonesia sebelah Café Excelso, lalu Final Fantasy IX dan setelah direkomendasikan teman sekelas, baru main Final Fantasy VII. Waktu itu bahasa inggris saya masih cupu banget, malahan saya benci sama mata pelajaran ini. Jadi dengan bekal seadanya, saya melihat Zidane seperti maling Hanoman tengil yang kelakuannya suka-suka dia. Dan Vivi sebagai makhluk yang kerjaannya sedih terus. Ngga jelas si cebol hitam ini, padahal magic attack-nya oke. Jadi dulu saya melihat Final Fantasy IX yang mengambil konsep karakter lucu dan tidak menarik, karena dulu, yang menarik ya yang keren. Kayak Squall sama Cloud gitulah.

Dua puluh tahun kemudian, saya bermain Final Fantasy IX lagi sampai tamat. Setelah sekian lama bermain game-game yang ceritanya kelam realistis seperti The Last of Us, Assassin’s Creed Origin dan sejenisnya, rasanya menyenangkan sekali melihat sebuah akhir cerita yang manis. It feels amazing. Final Fantasy IX HD rerelease saya beli saat diskon di Nintendo e-shop seharga tidak sampai $10 atau sekitar Rp 150,000. Harga yang masih lumayan mahal untuk game tahun 2000, mungkin Square Enix sudah tahu anak-anak ini sekarang sudah bekerja dan punya uang. Dari penampilan, detail karakter-karakter di Final Fantasy IX sudah diperhalus dan menjadi lebih bagus. Terlihat wajah Garnet lebih ekspresif dan detail pakaian Vivi lebih enak dipandang. Namun dari penampilan background dan bangunan masih mengambil konsep aslinya. Jadi masih buram dan jadi terlihat agak kontras dengan penampilan karakter yang sudah dipoles lebih tajam. Tampilan di layar juga 4:3 bukan full screen, jadi di layar kosong kiri dan kanan diisi “grey borders”. Selain itu tampilan font berbeda dengan versi aslinya. Walau tidak sampai mengganggu, namun sekarang saya menyadari betapa klasiknya font putih di Final Fantasy IX.

Dari segi gameplay, Final Fantasy IX memberikan fitur khusus untuk mempermudah pemain yang tidak punya banyak waktu untuk grinding. contohnya antara lain attack 9999 damage, no enemy encounters, dan battle assistance. Walau begitu tidak ada fitur untuk langsung menang saat Tetra Master, salah satu minigame Final Fantasy IX yang masih sulit dipahami aturan bermainnya. Saya mengambil konsep pokoknya kalau angka dan alfabetnya lebih besar dari lawan, berarti saya bisa menang, tapi tentu tidak semudah itu hehehe.. akhirnya saya mendapat rank Coach dengan total 76 tipe kartu terkumpul. Namun itu masih tidak apa-apa dibanding saat bermain minigame Chocobo Hot and Cold. Ini adalah minigame di mana kita mengendarai chochobo untuk memburu harta karun, caranya kita mendeteksi dari paruh si chocobo. Dulu di PS 1 saya berhasil mengumpulkan banyak chocograph sampai chocobo bisa ke laut dan gunung. Tapi yang sekarang, boro-boro ☹ saya hanya dapat 1 chocograph, dan sampai chocobeak saya level 10, chocobo saya belum bisa ke laut apalagi ke gunung. Sepertinya hoki gacha saya sudah hangus  direbut saat main Genshin Impact. Jadi pupus sudah harapan saya mendapat ultimate weapon untuk Zidane dan Garnet…

Setelah dihibur dan diingatkan “udah, kurangin completionist-nya, mending fokus tamatin aja” akhirnya saya mulai mengikuti alur cerita dari awal. Pertemanan antar karakter dari latar belakang yang berbeda sungguh terasa. Sekarang saya melihat sisi lain Zidane: ketulusannya untuk langsung menolong tanpa alasan. Ya pokoknya dia mau tolong aja selama sanggup, tidak usah pakai alasan. Amarant paling bingung dengan kelakuan Zidane ini, dan Zidane tetap dengan prinsip “yaudah, gue mau tolong kok, kasian.” Mantap. Dulu saya pikir Garnet is just another princess yang lemah lembut, tapi sekarang saya menyukai dia. Mulai dari ikut sedih di titik terendahnya saat melihat semua yang dia sayang hancur, moment gunting rambut sebagai *oke saatnya berjuang* sampai menjadi karakter yang kuat, namun tetap bertutur lembut. Dan Vivi, oh Vivi. Tidak heran kamu dinobatkan karakter kesukaan oleh banyak orang. Now I know why. Saat Vivi tahu bahwa dia “hanyalah” makhluk buatan, hanya jadi budak musuh. Tidak punya peran lebih. Di saat itu teman-teman Vivi juga menjaga ucapannya saat ingin mengalahkan musuh tersebut, karena mereka tahu, mereka juga akan melawan kaumnya Vivi. Hal-hal kecil yang sensitif  namun bermakna. Karakter Zidane yang bodo amat juga membantu Vivi untuk tidak terlalu overthinking tentang dirinya. Yaudah, it sucks jadi makhluk buatan, tapi yang penting sekarang kamu bisa apa nih? Bisa tolongin temen dengan magic attack kan? Hayuk sini tolong temen kita, bareng-bareng 😀

Sekarang pun saya menyadari kisah romansa bukan hanya tentang Zidane dan Garnet saja. Steiner dan Beatrix juga ada. Mereka yang canggung dan kaku karena sama-sama di bidang militer, pelan-pelan mencoba mengkomunikasikan rasa yang ada. Masih banyak cerita tiap karakter yang belum bisa saya tulis di sini, seperti Quina yang tujuan hidupnya adalah: makan. Sesederhana itu. Dengan kosakata yang terbatas dan sering menghilang suka-suka dia. Namun saya ingin menyimpan semua agar kalian bisa mengalaminya sendiri ^^ 20 tahun memainkan kembali game yang memiliki jalan cerita ternyata memberikan kesan dan pengalaman yang berbeda. Dulu saat masih bocah, ya maunya hajar musuh saja. Apalagi karakternya tidak ada yang cakep (dangkal banget ya). Dulu saya bingung kenapa Zidane yang paling semangat menjadi putus asa ketika bertemu dengan kaumnya, sekarang, saya tahu rasanya diberikan garis takdir yang tidak bisa diubah. Dulu saya kesal dengan Steiner yang overprotective dengan Garnet, sekarang saya tahu, rasanya seperti seorang ayah yang mau menjaga anak perempuan kesayangannya. Tugas yang dengan bangga ia emban hingga akhir.

Di akhir cerita pun selalu terselip adegan-adegan yang manis, teatrikal, khas JRPG klasik yang saya rindukan, dan yang paling utama, tidak membosankan. Walau saya sudah bermain berbagai macam RPG setelahnya, Final Fantasy IX memiliki formula ajaib yang bisa menyentuh perasaan lega dan senang. Semacam petualangan ini tidak sia-sia. It deserves a happy ending, and Final Fantasy IX truly is, a happy ending.

GRIS : Review

A pretty, pretty game.

GRIS

Nintendo Switch Lite ǀ Nomada Studio ǀ 20 April 2021

GRIS is one of the indie games that I really wanted to play, simply because of the color tone. Turns out, this has more to share.

It started as a young woman who fell and lost her ability to sing, in a grey, colorless world. There are no text nor dialogue throughout the game, so I kinda had a hard time figuring out what I should do…turns out this is what this game is all about. I have to think on my own based on pictures and symbols, discover and solve puzzles. It was easy at first and becomes more and more challenging as the story progressed. It requires fast think and good reflex in some puzzles, but still manageable.

In the end, there are no clear explanations of what was the journey all about. But maybe this is what the developer wants, to make our own conclusions. For me, I think GRIS is about a young woman with certain trauma in the past, willing to overcome the fear, rejections, and failure one by one, projected with how we solve puzzles and ended up with more puzzles. As a reward, her world becomes more and more colorful every time we finished a stage. Which makes this game visually beautiful.

GRIS is an artsy game with a soothing soundtrack, feels a bit lonely, but complements the game environment. It has beautiful message too, on how we, as a woman, able to overcome our own fear. I’ve finished GRIS in about 4 hours, so I’d recommend this game to non-gamer friends too! 🙂 The minimalist aspect reminds me of games like Journey and ABZU. With beautiful hand-drawn artwork, it’s a pretty game for sure, and I have a pleasant time playing it through the end.

Street of Rage 4 : Review

Beat ’em up, side scrollin’, lots of punchin’ but pixelated no more.

Street of Rage 4

Nintendo Switch Lite   ǀ   Dotemu   ǀ   30 April 2020

Dulu, Final Fight 2 adalah game beat ‘em up paling memorable buat saya, karena ini adalah satu-satunya tipe game yang digemari saya dan kakak saya waktu masih kecil, sehingga bisa dimainkan bersama. Sisanya? Saya suka RPG, kakak suka horror. Dua Puluh tahun kemudian, setelah mencoba berbagai macam game RPG, action adventure, dan online (halo, Monster Hunter) , perlahan game genre ini mulai terlupakan oleh saya.

Final Fight 2 (With images) | Super nintendo, Retro video games ...

Haggar bisa ya nendang sambil tetep flexing gitu…

Akhirnya Street of Rage 4 memberikan angin segar terhadap rutinitas genre game saya yang itu-itu saja dan kembali ke dunia nostalgia. Saat rilis pada tanggal 30 April 2020, timeline Twitter saya mulai diwarnai oleh screenshot sebuah stage dengan karakter yang berantem dengan preman. Iseng mendengar soundtracknya, hm, klasik, saya pun merekomendasikan Elmo membeli ini dibanding Animal Crossing yang harganya masih terlalu mahal waktu itu. Sampai akhirnya Galih dari Arcanum meracuni saya untuk membeli Street of Rage 4, dan saya benar-benar hepi. Sudah lama sekali tidak merasakan jempol ini gemes melawan boss dan preman-preman jalanan fufufu… Street of Rage 4 dikembangkan dan di-publish oleh Dotemu, sebuah perusahaan video game Perancis yang passionate terhadap game retro. Sebagian karya mereka adalah game-game lama yang dikembangkan lagi agar bisa dimainkan di platform sekarang seperti Final Fantasy VIII Remastered, Double Dragon Trilogy.

So far yang saya liat dari Street of Rage 4 (sebagai anak baru nyoba)

Awalnya ngga sreg pas liat game yang kayak gini biasanya pixelated ke cartoonish, tapi pas dimaenin : Waw asik juga. Detail tempat2nya jadi bagus banget karena hand-drawn semua.

Streets of Rage 4 destapa sus ediciones físicas en PS4 y Nintendo ...

Side scrollling timeeeeeeee!!

Ceritanya berawal dari 3 polisi yang sudah pensiun dan menjalani kehidupannya masing-masing setelah mengalahkan final boss Mr.X di Street of Rage 3. Namun ternyata, anak Mr.X sudah tumbuh besar dan mencoba menguasai kota dan menggandeng para polisi yang corrupt. Axel, Blaze dan Adam kembali muncul untuk mengembalikan keadilan dan keamanan kotanya yang tercinta.

Streets of Rage 4, Genre Langka di Masa Kini - Medcom.id

Gameplaynya seru abis. Saya main yang normal mode, and man it’s challenging. Saya tidak menyangka boss di stage 2 bisa sesusah itu. Tapi saya bisa manage sampai stage 10 so I think it’s a good balance of challenge and fun, lagian game kayak gini kalo kegampangan bisa dimarahin ama angkatan yang biasa maen Lion King di Sega. Saya pake Blaze krn gue suka speed (and she’s a bad ass woman, duh) dan di stage 9 baru saya coba pake Adam, so far suka ama keduanya sampai akhirnya bisa tamat menggunakan Cheryl. Variasi musuhnya menyenangkan (atau menyebalkan)… ada yang demen nyomot senjata, ada yang modal nendang doang, terus ada yang ndut demen nyembur api sampai ada yang suka seruduk kayak banteng. Jadi walau gamenya beat’em up tetep harus dipikirin strategi buat ngalahin mereka pas nongol berbarengan, ngga bisa modal hajar aja.

9 Reasons Why Streets Of Rage 4 Is Great (And 2 Reasons Why It Isn ...

Musik. Wow. Kayaknya hina kalo ga bahas musik di Street of Rage. Gilee gue kemane ajaa baru tau yang bikin soundtracknya (Yuzo Koshiro) adalah orang yang bikin soundtrack Sonic the Hedgehog ..Retro musik adalah elemen terpenting di Street of Rage, dan di seri ini, developer team tetap mempertahankan kualitas retro music dengan melibatkan Yuzo Koshiro (Sonic), Yoko Shimomura (Street Fighter 2 & Kingdom Hearts series), dan Keiji Yamagshi (Ninja Gaiden). Sebenernya Hideki Naganuma juga dilibatkan untuk project ini, namun karena jadwalnya bentrok akhirnya dia mundur. Padahal dia pengalamannya juga ngeri, antara lain jadi editor buat voice di Yakuza, supervisor SuperSmash Bros buat Nintendo 3DS, dan arrange lagu “When The Moon’s Reaching Out Stars” di Persona 3.

Tetep sih lagu ini yang paling iconic

By the waaaayyyy..silakan cek kanal Youtube Arcanum untuk kalian yang ingin menonton review Street of Rage 4 bersama saya dan Galih.

That’s a me!

CHARACTER BACKGROUND

Axel Stone | Streets Of Rage Wiki | Fandom

Axel Stone : mantan polisi yang pake headband biru. Nongol di SOR (Street Of Rage) 1-4. Rambutnya pirang, pake kaos putih (masih kutang di SOR 1) dan tipe badannya bulky. Di SOR 4 dia keliatan lebih “kumal” karena hidup di jalanan dengan celana ngatung dan rambut brewok (tapi tetep pake headband biru)

Blaze Fielding | Streets Of Rage Wiki | Fandom

Blaze Fielding : mantan polisi juga, yang ingin mengalahkan sindikat Mr X. dia pake kemben dan rok merah. Di SOR 1 nyerangnya chop tapi di seri selanjutnya dia pake kepalan (fist). Walau nationality nya British, tapi hobinya Lambada~ nongol di SOR 1-4 bareng ama Axel. Di SOR 3 dia jadi private detective tapi di SOR 4 dia keluar dari kepolisian karena abis nonjok commissioner dan ogah ambil kelas anger management. Akhirnya jadi dance instructor. Gue suka jurus Embukyaku (tendangan muter), ada  (you go girrrrrl) jurusnya ada yang mirip hadouken ala Street Fighter. Di SOR 2, celana dalem putih saat Blaze posisi menendang harus disensor untuk versi US-nya.

Adam Hunter | Streets Of Rage Wiki | Fandom

Adam Hunter : gengnya Axel sama Blaze, ikutan keluar dari polisi juga di SOR 1 karena polisinya corrupt. Si SOR 2 dia ngga nongol karena diculik Shiva, jadi yg bisa dimaenin malah adeknya si Skate, di SOR 3 juga Cuma Skate yg bisa dimaenin, Adam hanya jadi penolong aja buat ngasih tau lokasi final stage (kalo chief selamat) or nunjukin lokasi bom (kalo chiefnya mati), di SOR 4 dia jadi special force agent, gayanya keren pake kacamata item, tetep dengan atasan kuning dan bawahan hitam. Tadinya dia mau pension aja buat ngurus anaknya Cherry. Hobinya bonsai cing (kontras ya..), gue suka serangan Howl Fang yang energy serigala ijonya nongol.

                                                                        Cherry Hunter | Streets Of Rage Wiki | Fandom

Cherry Hunter : sesuai dengan nama belakangnya, Cherry adalah anak dari Adam Hunter, namun berbeda dengan bapaknya, Cherry lebih memilih music sebagai jalan hidupnya. Makanya special attack dia menggunakan gitar sambil berteriak rock on! Cherry adalah karakter yang speednya paling tinggi (even disbanding Blaze). Gue penasaran ama umur Cherry sebenernya, kalo dia udah biasa ngegig di club means dia at least 21, tapi berarti Adam udah punya Cherry sejak umur 14 dong hahaha (hmmm)

Floyd Iraia | Streets Of Rage Wiki | Fandom

 

Floyd  Iraia : karakter baru di SOR series, tangannya putus karena kecelakaan kerja di bidang konstruksi, dan perusahaan tidak mau tanggung jawab. Akhirnya dr Gilbert Zan (SOR 3) bikinin robotic arms.

Suasana hand-drawn dan easter egg dari seri SOR lama mewarnai 12 stage yang disajikan oleh game ini, saya suka sauasan Chinatown yang meriah dengan detail orang yang melahap bakmie di gerobak, dipenuhi dengan detail barang dan makanan yang khas Petak Sembilan kalo di Jakarta. Detail yang memanjakan pemain (ehem) lama juga membuat saya tersenyum saat melihat sepiring kalkun yang randomly nongol untuk menambah health bar. Di options menu SOR 4, kita bisa memilih jenis makanan apa yang ingin disajikan saat makanan tersebut muncul. Mulai dari daging kalkun yang paling standard, hingga ramen, onigiri, pizza, sampai salad (siapa tau anda vegan yekan..)

 

Streets of Rage 4 has vegan options for food! - GIF on Imgur

 

Up until now I just finished both Medium and Easy difficulties in Street of Rage 4. Got 6 new hidden characters and beat 2 hidden bosses. Replay value? Checked. Untuk kalian yang rindu Double Dragon, Final Fight di jaman SEGA or NES, Street of Rage 4 benar-benar memberikan kesegaran dengan sentuhan modern yang menyengankan.

10 Video Games to Play Before You Die

Setelah edit draft berkali-kali, ternyata list ini menantang juga ya hahaha

Karena kita ngga tau umur sampe kapan, monggo dicoba gamenya:

*Semua pendapat pribadi berdasarkan game yang sudah saya mainkan :D*

1. Undertale – Playstation 4, Switch, PC | 2015

Game indie berbasis RPG. Bukan hanya tampilan dan lagu 8bit-nya yang unik, namun jalan ceritanya membuat saya merenung tentang bagaimana tindakan kita memberi dampak ke orang lain. Cocok buat kontemplasi sebelum meninggal :p

2. Yakuza 0 – Playstation 4, PC | 2015

Goromyluv

Game perjuangan 2 pemuda memasuki kehidupan Yakuza dengan setting tahun 80-an di Jepang, lengkap dengan kota dan budayanya pada era kejayaan ekonomi Jepang (dengan detail dialog, produk, pilihan hiburan, sampai majalah yang sangat disesuaikan).

Image result for yakuza 0

Hmm! Mini 4 TOP!

Sidequest pun sangat memperhatikan jalan cerita, ada yang konyol dan ada yang tragis (ini yang penting). Contohnya ada ayah yang ingin menjodohkan anak perempuannya, dan si anak minta tolong Goro (yang jelas-jelas Yakuza) untuk menjadi pacar bohongannya. Dialog antara bapak protektif tapi jiper dengan Goro yang sangar sungguh menyenangkan. Plus banyak minigames, seperti bermain Tamiya, lumayan kan kalau sudah jenuh pukul-pukul preman bisa kutak katik dinamo.

3. Witcher 3 : Wild Hunt – Playstation 4, PC, Xbox One, Switch | 2015

Related image

Game dari novel buatan Andrzej Sapkowski mengenai petualangan pemburu monster bayaran, bernama Geralt of Rivia. Layaknya cerita berdasarkan novel, kita bisa mengalami berbagai aspek yang dilalui Geralt, mulai dari pencarian Ciri, kembalinya Triss, sampai hilangnya Yennefer. Dengan fitur pilihan dialog, kita merasakan dilema moral di tengah-tengah perang juga kepentingan politik antar negara, tapi juga bisa santai sejenak memainkan Gwent (card game).

the_witcher_3_act_one_skellige_walkthrough

Beautiful Skellige. Harus jalan-jalan ke sini sambil dengerin theme song-nya.

Image result for witcher 3 monster design

Desain monsternya keren-keren. Nenek lampir ini annoying banget.

Action game dengan elemen RPG dilapisi grafis yang super indah dan detail, saya tidak menyesal memainkan semua DLC-nya hingga tamat.

4. Oddworld: Abe’s Oddysee – Playstation 1, PC | 1997

Image result for abe's oddysee

Game tentang buruh pabrik (Abe) yang tidak sengaja mengetahui bahwa pabriknya akan memproduksi daging olahan dari species buruh tersebut! (alias buruhnya dibantai ramai-ramai oleh pemilik pabrik) Sepanjang game ini kita berusaha kabur dari pabrik sembari menolong sesama buruh agar bisa kabur bersama.

Image result for Oddworld: Abe's Oddysee

kaboooorrr

Yang unik adalah Abe ini bukan tipe karakter utama yang kuat dan charming. Badannya kurus dan mukanya polos, dia hanya bisa kabur, lompat, dan merasuki pikirian. Tapi di situ uniknya, bagaimana Abe menyelematkan teman-temannya dengan kekurangan dan kelebihan yang ada.

5. Bravely Default – Nintendo 3DS | 2012

Image result for bravely default

Menjelang ajal namun hanya punya Nintendo 3DS? Tenang! Ada harta karun kecil di console ini! Namanya Bravely Default. Game berbasis RPG dengan turn-based action, bercerita tentang 4 tokoh dengan latar belakang dan karakter berbeda bertualang mengalahkan sosok yang ingin menghancurkan dunia.

Image result for bravely default dialogue

Visualnya indah (background dan setting tempat dilukis dengan tangan), ditambah dengan dialog yang witty menjadikan game RPG ini menyenangkan 😉

6. Chrono Trigger – SNES, Nintendo DS, Playstation 3, PC | 1995

RPG klasik mengenai time travel dengan karakter khas Dragon Ball (karena memang Akira Toriyama yang desain), dipadu dengan petualangan menarik dan lagu-lagu yang dikurasi dengan apik. Semua ini berkat orang-orang yang handal di bidangnya seperti Akira Toriyama (Dragon Ball), Hironobu Sakaguchi (yang nanti membuat Final Fantasy series), Yuji Horii (kreator Dragon Quest series), dan Nobuo Uematsu (m̶a̶l̶a̶i̶k̶a̶t̶ ̶u̶n̶t̶u̶k̶ ̶t̶e̶l̶i̶n̶g̶a̶ ̶s̶a̶y̶a̶ ̶s̶e̶l̶a̶m̶a̶ ̶l̶e̶b̶i̶h̶ ̶d̶a̶r̶i̶ ̶2̶0̶ ̶t̶a̶h̶u̶n̶ ̶ ̶ ̶ ̶ komposer Final Fantasy series)

(Ki-ka) Akira Toriyama, Hironobu Sakaguchi, dan Yuji Horii ngumpul bikin game. Inilah mengapa gamenya harus anda mainkan sebelum meninggal.

Berkat kolaborasi para legenda ini, Chrono Trigger selalu merupakan game yang memorable di hati 🙂

7. Firewatch – Playstation 4, Switch, Xbox One, PC | 2016

Firewatch adalah game petualangan buatan Indie game developer Campo Santo. Salah satu foundernya adalah Sean Vanaman, yang sebelumnya menjadi lead writer untuk jalan cerita game Walking Dead season 1. Game ini menekankan jalan cerita dengan sudut pandang first person, menyajikan pemandangan alam yang minimalis dengan warna-wana yang indah. Ceritanya tentang Henry, pria berumur 40-an yang lari dari tanggung jawabnya menjadi suami yang baik dan memutuskan untuk bekerja di hutan agar bisa menyendiri dan berkontemplasi dengan pilihan hidupnya. Sembari menelusuri alam, Henry curhat dengan teman satu profesinya, Delilah, mengenai kegelisahan hidupnya, dan dialog mereka berdua akhirnya menjadi jalan cerita utama game ini.

Ada suasana thriller saat memainkannya, apalagi saat malam hari. Henry pun mulai menginvestigasi rahasia yang ada di hutan Wyoming ditemani suara Delilah melalui walkie talkie. Ini game yang tergolong simple dan cepat ditamatkan, namun bisa menjadi bahan pembicaraan yang menarik mengenai hubungan manusia, kesendirian, keindahan hutan, dan bagaimana sebuah kejadian bisa jadi nyata karena buah dari pikiran kita sendiri.

8. Parasite Eve – Playstation 1, PSP, Playstation 3 | 1998

Another game based on science fiction horror novel by Hideaki Sena. Game inilah yang mengajarkan saya tentang istilah biologi mitokondria, caranya bekerja pada makhluk hidup, dengan twist ilmuwan gendeng yang hobi menciptakan monster. Aya Brea, anak baru di NYPD, menyelidiki perempuan yang memiliki kemampuan bermutasi menjadi monster. Bertempat di New York dengan suasana kelam, ini merupakan game buatan Squaresoft dengan suasana yang lebih dewasa setelah dikenal dengan seri Final Fantasy.

32 bit yang kurindukan~

Makhluk hidup di sekitar New York-pun mulai bermutasi dan menyerang manusia, mulai dari tikus hingga buaya. Jalan ceritanya membuat saya berpikir bahwa mungkin saja hal ini bisa terjadi di dunia nyata, bila ada ilmuwan gila yang bebas bereksperimen.

9. Tomb Raider – Playstation 3, Playstation 4, Xbox, Google Stadia (what!??) |2013

Dari semua Tomb Raider franchise, Tomb Raider ini paling menarik untuk dimainkan. Perkembangan karakter Lara yang sejak Playstation 1 dikenal badass, berani, bossy dan tidak terkalahkan, dirombak oleh Crystal Dynamics dengan menarik mundur jalan cerita ke awal mula terciptanya “sang” Lara Croft.

Lara Croft yang biasa kukenal…galak dan tajam.

Dengan grafis yang jauh lebih baik, pemain lama diberi angin segar dengan karakter Lara saat berumur 21 yang lebih humanis. Sikap keras kepalanya masih ada, namun dia menunjukkan keraguan saat idenya untuk menemukan Yamatai dipertanyakan seluruh kru (kalo jaman PS1 kan “cuh! bodo amat.. Gue. Keren.” *lalu bertualang sendiri*). Keahlian dia bukan hanya memanjat dan melompat dengan pistol saja, tapi ada memanah, crafting, bahkan berburu. Momen emosionalnya pun ditunjukkan saat Lara perdana menyembelih d̶a̶g̶i̶n̶g̶ ̶q̶u̶r̶b̶a̶n̶ rusa hasil buruannya.

Lara yang dahulu sombong, egois dan sempurna menjadi lebih approachable, memiliki emosi dan peduli pada karakter lain. Seiring cerita, kita melihat Lara ketakutan, bingung, berusaha, gagal, dan mencoba bertahan hidup, demi menyelamatkan seluruh teman-temannya yang hilang di pulau misterius yang diduga adalah Yamatai, A lost kingdom of Ancient Japan.

10. Super Mario Bros 3 – NES | 1988

Rasanya sia-sia meninggal tapi belum memainkan ini.

Mengapa harga sebuah game untuk konsol game sangat mahal padahal untuk membeli konsolnya kita sudah mengeluarkan uang yang besar?

“Hah 1 game 550 ribu!!!???” kata salah satu teman kantor saya. Mungkin dia kaget karena harga segitu bisa buat beli popok, sayur, atau masa depan. To think about it, harga 1 pakaian branded juga tidak jauh beda, segituan juga (bahkan lebih). Terus kenapa game harganya mahal?

File:Shock.jpg

Karena budgetnya juga besar. Kita ambil dari game buatan US, dimulai dari gaji developer (1 orang) rata-rata $10,000/bulan (biaya ini sudah termasuk biaya makan, asuransi, overtime dan overhead cost lainnya). Ditambah biaya PC, sewa gedung, listrik, pajak, console certificationsoftware.

Lalu marketing. Memang betul, perkembangan teknologi digital memudahkan game developer untuk memasarkan produk game-nya. Biasanya gamer sangat antusias bila ada trailer terbaru dari game yang dia suka, karena akhirnya gamer punya bayangan visual game ini nanti seperti apa, juga menandakan bahwa game ini benar-benar akan rilis. Namun perlu diingat bahwa proses pembuatan trailer video game yang berdurasi 1–2 menit ini juga melibatkan biaya yang tidak sedikit, mulai dari gaji karyawan (designer, programmer), biaya software terbaru yang compatible dengan game yang nanti akan rilis, dan biaya sewa gedung tersebut.

Sedikit OOT, Strategi marketing video game sekarang semakin kreatif, contohnya God of War, meluncurkan Stone Mason Edition yang isinya bukan hanya CD game saja tapi juga map berbahan kain, action figure (yang tidak kecil), steel case (untuk kotak CD game), gantungan kunci (yang bisa berbicara, hmm..), sticker, dan postcard. Semua ini didesain oleh tim marketing yang kreatif, dan detailnya juga apik. Harganya $150, ini termasuk cost dan effort team marketing untuk mendesain, mencari vendor dll. Detailnya bisa dilihat di tautan di bawah.

https://www.ign.com/videos/2018/04/19/god-of-war-stone-mason-collectors-edition-unboxing

Atau game The Witcher 3 (one of my all time favorite gameeeee…) dengan cinematic trailer yang lagunya aduhai saya ngga ngerti lagi indahnya..bisa klop dengan ambiance game tersebut!

Image result for the witcher concert 2018

Semua lagu di game ini dibawakan dengan orkestra indah oleh music director/composer Marcin Przybylowicz, tentu ini masuk ke list budget si game developer.

Contoh terbaru, the iconic and brutal fighting game: Mortal Kombat 11 which will be released on April 23.. And how this game publisher promoting this legendary fighting game? By inviting a real fighter, Ronda Rousey.

Image result for mortal kombat 11 invitation

(Koinnya bisa dicopot, beneran)

Selain Ronda, para jurnalis dan orang-orang di belakang layar video game diundang dan diantar ke venue menggunakan bus all black with Mortal Kombat logo just like the invitation. Di lokasi yang sangat rahasia, mereka ditampilkan first trailer, gameplay and other details. Salah satu stand yang menarik adalah shoe customization kerja sama Mortal Kombat franchise dengan Under Armour.

 

Image result for under armour mortal kombat

What a way to promote a game (not into the shoe design but ok..appreciate the effort)

Kembali ke topik utama, satu AAA game dibutuhkan waktu 3 tahun (atau lebih) untuk rilis, dan selama itulah developer mengeluarkan cost untuk mengembangkan game ini hingga jadi. Maka bila sekarang 1 AAA game rata-rata harganya Rp 700,000, kira-kira gambarannya seperti itu 🙂

Kalau dipikir-pikir, nonton bioskop Rp 50,000 dengan waktu 2,5 jam. Main game Rp 700,000 dengan total main 60 jam (ini perhitungan rata-rata, dengan anggapan main gamenya hingga tamat atau ngejer platinum trophy). Dari hitungan kasar ini kalau mau pelit sih masih lebih murah main game hehehe..*digaplok XXI

Selama kita memang selektif memilih game yang benar-benar kita suka, menurut saya ini sepadan. Bisa juga beli second atau menunggu beberapa bulan agar harganya lebih bersahabat, sekalian menabung 😀

 

Assassin’s Creed Origins: Review

Back to Where it All Began is Not a Bad Idea.

Assassin’s Creed Origins

PlayStation 4 ǀ Ubisoft ǀ October 2017

 

I haven’t played Assassin’s Creed (AC) series religiously but heard good things about Ezio, Abstergo, & Animus. So I jump into my first AC experience (which is Assassin’s Creed Syndicate) and it got me hooked for a while. I love the way this game world sets, it feels like I’m in the real world, got to meet real historical persons (Charles Darwin, Alexander Graham Bell), rockin’ the outfit, doing the stealth attack, and of course, performing the famous jump.

As soon as I watched Assassin’s Creed Origin trailer on E3 2017, I knew that I have to play this game. Because I have a soft spot for ancient Egypt.

But this game delivers more, much more than I expected.

I must say that I’m pretty lucky to play AC Syndicate before, so the improvements are really obvious when I played AC Origins.

wallpaper_assassins_creed_origins_01_1920x1080

Dengan settingan Mesir kuno di tahun 49 SM, Bayek, seorang Medjay (prajurit pelindung rakyat Mesir), memulai petualangan untuk membalas dendam kematian anak satu-satunya, Khemu. Seiring perjalanan Bayek menemui Cleopatra, Julius Caesar, tokoh Mesir kuno lainnya dan menguak realita para pejabat berkorupsi menguasai Mesir.

While doing my favorite thing, which is strolling around the cities, mata saya dimanjakan dengan kuil dewa-dewa Mesir dan Yunani, padang gurun, dan kota-kota indah. Alexandria tampil mewah, penuh warna dengan patung Dewa-Dewi di tiap jalan. Saya mengintip tumpukan papirus tertata rapi di perpustakaan yang megah, asik berkeliling melihat orang-orang mengenakan toga di ruang baca sambil menulis. Lalu saat saya kembali ke desa di Memphis, rakyat Mesir terlihat sedang bertani atau memasak dengan suasana yang lebih sederhana dibanding Alexandria.

Tentu saja saya mengeksplor patung Sphinx dan piramid Giza (sloping down from the top!) semua detail ini bisa dieksplor lebih jauh dengan pilihan Discovery Tour di update terbarunya, termasuk latar belakang pemilihan warna fondasi dan struktur patung di dalam game. Real action based on environment seperti buaya atau kuda nil mendadak muncul menyerang Bayek saat dia jalan santai di rawa-rawa, bahkan menyerang NPC nelayan, membuat environment Mesir secara keseluruhan benar-benar terasa nyata.  Singa liar mendadak menyerang bandit camp (saat saya lagi ngumpet di semak-semak) di daerah gurun menarik untuk dilihat. Saat Bayek berjalan melewati rerumputan panjang atau taman bunga, gesture tangan Bayek terlihat menyentuh tanaman tersebut.

ACO_Screenshot_DiscoveryTour_EgyptianHousehold_1518466202.jpg

Gerakan parkour di objek-objek yang ada terlihat halus, hampir tidak ada objek yang tidak bisa dipanjat. Saat combat, gerakan combonya bervariasi sesuai dengan senjata yang dipilih. Favorit saya? Double blade dan sickle sword tentunya. Cepat bermanfaat. Untuk gameplay mirip dengan RPG dimana ada levelling up di skills, gears, weapon and armors. Yang pasti grinding for more weapons and gear demi “menggantengkan” Bayek memang jadi appeal tersendiri di AC Origins. I also love playing with Bayek’s outfit, kinda wish Aya could do the same too..

how-to-get-black-hood-legendary-outfit-in-assassins-creed-origins-900x506

Kemesraan Bayek dan Aya ditampilkan dari awal dengan jelas, mereka benar-benar menyayangi satu dengan lain, walau konflik muncul karena mereka punya pandangan masing-masing terhadap tujuan dari misi yang dihadapi. Khemu, berperan sebagai motivator Bayek selama berpetualang. Ini perkembangan yang cukup bagus, mengingat karakter-karakter AC Syndicate tidak cukup memberikan chemistry yang berarti. Tanpa memberikan spoiler, jalan cerita AC Origins jelas menunjukkan sejarah terbentuknya brotherhood di Mesir.

Saya sudah menamatkan game utama dan DLC : The Hidden Ones. Ubi Lembut (Ubisoft) did a good job. Bayek tampil lebih keren dengan kostum barunya, juga munculnya karakter yang familiar. New world yang ditampilkan pun tidak membosankan, banyak bangunan menarik yang dipanjat, dan senjata baru yang keren. For me, it is worth every dime. I love Bayek and Aya. I love their sharp attitude and fighting spirit, it’s cool to see brotherhood starting to diversify. Dan petualangan yang paling berkesan buat saya adalah pencarian hidden tombs. Narasi dari ancestor sebelum Bayek memberikan penjelasan mengenai universe dan waktu dengan narasi yang apik untuk kontemplasi diri, “kenapa gue lahir di bumi ya? Gue harus ngapain sih di bumi? Kenapa ada waktu? Apa gunanya sejarah?

Rasanya pertanyaan terakhir cocok sebagai inti cerita dari Assassin’s Creed: sejarah, waktu, dan tindakan.

poster-for-5718065053001-720x720

 

Emotional Video Game

Orang bermain video game bisa karena beberapa alasan, ada yang jenuh dengan kerjaan, biar cepet ngantuk, pengen lampiasin emosi, ada juga yang ingin mendapat makna cerita setelah menamatkan video game (najong but true). Saya pribadi bermain video game karena merasa senang dan santai ketika bermain. It’s a joyful feeling to have a sort of escapism once in while..Dan ada juga game yang bikin saya penasaran dengan jalan ceritanya. Tidak jarang selagi bermain saya mulai terikat dengan karakter dari sebuah game tersebut. Ada beberapa game yang memberikan dampak secara emosional ke diri saya, dan kali ini saya akan share 4 game yang paling berkesan:

Detroit: Become Human (PlayStation 4)

Salah satu game terbaru (2018) dan langsung memberikan dampak psikologis. Menguji bagaimana moral kita memperlakukan robot yang diciptakan semakin mirip dengan manusia, terutama dari segi emosi/perasaan. Kita akan memainkan 3 karakter android: Connor (polisi investigasi), Kara dan Markus (pekerja rumah tangga). Android ini dibuat dengan tujuan membantu manusia, namun seiring cerita berjalan kita akan melihat bagaimana manusia bertindak secara ignorantabusive dan rasis.

Grafisnya sungguh nyata dan musiknya juga diaransemen dengan rapi. Untuk penggemar atau ingin mencoba story-driven game silakan dicoba. Tidak jarang saya bimbang dengan pilihan action yang ada dan game ini menginspirasi kita, sebagai manusia, untuk lebih..humanis, karena 1 pilihan kecil memiliki dampak besar untuk orang lain.

 

Walking Dead – Season 1  (Android, iOS, OS X, Linux, Microsoft Windows, Nintendo Switch, Ouya, PlayStation 3, PlayStation 4, PlayStation Vita, Xbox 360, Xbox One)

Boleh dibilang pelopor dalam game story-driven modern. Dibantu dengan hype serial TV Walking Dead, game ini bercerita tentang seorang lelaki (Lee) yang hendak dipenjara tapi mendadak diserang zombie. Dia berhasil melarikan diri sampai ia bertemu anak perempuan (Clementine) dan melanjutkan petualangan menyelamatkan diri bersama-sama. Mereka menjadi semacam ayah dan anak dengan masalah dan keinginannya masing-masing (tentu tidak mudah menyembunyikan identitas kriminal ke anak kecil yang akan menganggap dia pembunuh). Ceritanya semakin rumit saat mereka bertemu karakter lain yang selamat di kota berzombie ini. Untuk alasan personal, hubungan Lee dan Clementine memiliki keterikatan emosional ke diri saya.

 

Yakuza 0 (PlayStation 4, PlayStation 3, Microsoft Windows)

Ini game yang seolah-olah berteriak, “JEPANG” selama saya memainkannya. Sebelumnya saya sudah memainkan Yakuza 1 & 6, namun saya berani bilang Yakuza 0 hands down merupakan seri Yakuza terbaik. SEGA berhasil belajar dari kekurangan seri Yakuza sebelumnya (1–6, baru akhirnya merilis Yakuza 0) dan menciptakan karya yang diukir dengan indah. Ceritanya ditarik mundur ke belakang dengan setting 1980-an tentang 2 karakter : Kazuma Kiryu dan Goro Majima, preman muda yang menjelajahi kota Tokyo dan Osaka untuk mulai merintis karir sebagai Yakuza. Karakter Goro yang agak “gila” dan Kazuma yang kaku benar-benar bertolak belakang namun tetap khas Jepang, dengan etos kerja dan kesungguhan, hingga tindakan ekstrim demi aturan adat Jepang. Dari dialognya (game ini menggunakan dialog Jepang dengan subtitle bahasa Inggris) sesuai dengan budaya dan cara pikir orang Jepang.

(Whoa so many “Jepang” words in previous paragraph I can’t even…)

Selain berantem, gebukin orang pake teko (iya..), makan, beli tissue, baca buku, kita bisa keliling kota Dotonbori (Osaka) dan Kabukicho (Kamurocho, Tokyo) yang detailnya sama persis dengan kota aslinya sekaligus mengenal gaya hidup kota Jepang di 80-an. Plus mini gamesnya seru-seru: main dingdong, tamiya, bowling, baseball, judi. Baik main quest maupun side quest, cerita-ceritanya bagus sekali: gila, lucu, keras namun juga tragis. Drama politik Yakuza yang kaku dan keras dikombinasikan dengan empati manusia menarik untuk ditelusuri. Endingnya merupakan salah satu ending video game terbaik. Kalau mencari game yang khas Jepang dengan jalan cerita yang bagus all in one package, atau mungkin rindu suasana Jepang, saya rekomendasikan Yakuza 0.

 

The Last Guardian (Playstation 4)

Untuk penyayang binatang dan penggemar game puzzle-adventure, coba main ini. Berkisah tentang anak kecil yang terperangkap dalam reruntuhan gedung dan bertemu Trico, monster besar berbadan anjing dengan kaki seperti burung. Seiring waktu bertualang mencari jalan keluar akhirnya ada keterikatan antara Trico dengan si anak, yang, menurut saya, mirip seperti keterikatan saya dengan anjing peliharaan saya. Ada adegan saya tidak tega melihat Trico luka dan ingin langsung memanjat turun menyembuhkan dia. Mungkin bila melihat review skornya kurang berkenan karena controlnya yang kurang bersahabat, namun setelah memainkannya hingga tamat, ini game yang layak dicoba, puzzlenya lumayan menantang (acuhkan control yang agak kaku), dan sungguh berkesan bila anda penyayang binatang.

Dua game yang saya mention di atas berhasil membuat mata saya tergenang air, dan dua lainnya membuat saya..mengolah emosi, terus bengong beberapa saat hahaha.
Do you have any video games that makes you emotional? Please do share!

Fantasy Life : Review

Choosing Life Never Been this Fun.

Fantasy Life

Nintendo 3DS | Level-5 | October 2014

I was quite a gamer for a long time, until I realized that now I haven’t played any consoles – with such intensities, for many years. The reasons? Quite cliché: too busy, no time to play, too many considerations on which consoles I should buy, too pricy, etc.

Until I brace myself to buy Nintendo 3DS in November 2014 along with Fantasy Life to bring back those nostalgic sensations once again.

And that was the best decision. Ever.

fantasy-life-3ds-box-art

Gameplay yang mudah dikuasai disertai dengan desain lucu dan menarik membuat game ini semacam narkoba. Setiap Life yang ditawarkan membuka semakin banyak cerita dan interaksi mendalam dengan orang-orang di seluruh Riveria. Fantasy Life adalah petualangan, kesederhanaan, dan pilihan hidup.

Dimulai dari penentuan karakter yang bisa di-custom made sesuai selera: pria atau wanita, rambut panjang atau pendek, dan detail fisik lainnya. Bebas kok, teman saya membuat karakter laki-laki gondrong, berkumis namanya Azrax. Yes, it’s that fun.

Next, choosing a Life. Total ada 12 Life mulai dari Hunter, Paladin, Mercenary hingga Cook, Fishing, Tailor. The wide variety of Life choices makes this game interesting. Kenapa musti repot-repot jadi tukang masak kalau bisa bunuh monster? Kenapa jadi tukang jahit kalau bisa jadi pemburu? Percayalah, di awal permainan pasti sempat terbesit hal ini. Dan itu wajar. But along the game, you will learn that every Life is connected to each other. No matter how insignificant they are, a Hunter cannot hunt properly without a bow that can be made by Carpenter. Sure, you can buy one in a Shop. But why buy if you can actually MAKE a better one? You gather all the materials needed, cut it and voila, one top-quality bow made, Carpenter skill improved, no cash needed, *Ka-Ching*.

61zfrYObQ2L

Cerita Fantasy Life berawal dari sebuah dunia bernama Reveria, dimana masyarakatnya hidup sesuai dengan jenis hidup (Life) masing-masing. Suatu hari sebuah meteor jatuh di Castele, tempat kita tinggal. King Erik, Raja Castele memerintahkan kita untuk menginvestigasi keberadaan meteor – yang akhirnya disebut Doomstone, dan dimulailah rangkaian petualangan bersahaja dari game ini.

Sebuah cerita fantasi sederhana berintikan good vs evil – ditambah karakter-karakter unik dan dialog konyol, sangat mudah dicerna bahkan untuk anak-anak yang ingin mencoba bermain RPG. Karakter kita bisa membantu penduduk sekitar yang meminta tolong untuk dibuatkan, membasmi, atau mengumpulkan sesuatu. Tentu saja ada reward yang didapat setelah misi bantuan ini tuntas. *Another Ka-ching*. You can spend your money like a boss or save it to buy your favourite houses – and decorated your room too! Seiring berkembangnya karakter, kita bisa mengeksplor kota-kota yang didesain secara spesifik. Tone warna, desain dan keseluruhan environment yang diciptakan untuk tiap kota sungguh memanjakan mata.

fantasy-life-nintendo-3ds-exclusive-poster-concept-art-3 (1)

DLC (Download Content) yang ditawarkan Fantasy Life untuk bermain dengan sesama pemain secara online, memudahkan kita untuk memecahkan misi/side quest (keroyokin monster/boss) bersama-sama. Reward yang diberikan pun bisa dishare ke pemain lain di Guild Office. Perkembangan skill yang dimiliki membantu meningkatkan rating Life dari Master hingga Legend, if you’re that hardcore. Bonus yang didapat saat mendapat rating Master bisa menjadi pemicu untuk penggemar karya-karya Nobuo Uematsu.

Fantasy Life memberikan nafas segar dengan cerita sederhana dan gameplay yang ringan. This game is safe for kids, no hardcore violence or complex stories ala-ala Final Fantasy Tactics, but still highly addictive to us adults. Semacam bernostalgia dengan masa lalu dengan versi yang tidak ribet, tidak perlu banyak mikir, dienjoy saja. Pro tip: choose more than 1 Life. You’ll need it.

fantasy-life-nintendo-3ds-exclusive-poster-concept-art-2